Langsung ke konten utama

Unggulan

Elegi Sekuntum Sekar Menjelang Kelam

Hitam kelam dalam putih awan. Bisu rembulan sunyi tak berirama. Separuh purnama bertemu mencium fananya malam. Di bawahnya, ada yang sedang menulis surat cinta kepada Sang Maha Akhir; ada sekuntum sekar yang sedang bernyanyi; ada yang sedang mengucapkan selamat malam pada anestesi; ada pula yang sedang berkelahi dengan takdir ilahi. Mereka sibuk berelegi tentang rindu. Tapi tak tahu apa rindu itu, hanya mereka nikmati indah senyumnya yang menemani mimpi panjangnya. 'tuk sekali lagi; dalam sepi itu, aku mendengar suara binatang menjerit. Tak terkecuali engkau yang berbisik dengan secarik kertas. Bukan telinga yang mendengar, bukan mata yang bersaksi: bahwa hidup, bukanlah tentang mencari sesuap nasi, lalu terkapar di peti mati. Hingga di detik terakhir; Sesaat setelah lantunan suci itu berkumandang; Aku mendengar seruan: “Sang Rajaku, kapan semua ini berakhir?” tanyanya. “Kapan kau siap ‘tuk mengakhirinya, hambaku?” jawab-Nya. Dan akupun bangkit dari peristirahatan panjang itu. (Sum...

Merajut Asa di Tanah Asing | Menghadirkan Faisal Faizan (Zan)

Kutapaki kaki di kota ini

Penuh dengan hiruk-pikuk kehidupan;

Bisingnya suara roda yang berputar,

Serta manusia yang lalu-lalang, 

Merajut asa,

Di tanah asing.


Teringat sebuah wejangan dari Ina',

Yang selalu mengalir di setiap langkahku:

"Jagalah dirimu nak, jangan lupakan tujuanmu"

Pesannya, di pagi itu.


Mataku terbuka. berbagai petuah terbukti sudah

Terpontang-panting langkahku mencari makan di megahnya kota.

Kota yang mereka kata adalah surga, namun neraka yang kurasa!


Aku masih di sini, di tempat yang sama:

ketika kuucapkan pamit dan salam cintaku kepada Ina',

Melalui sebuah telepon umum yang tertancap di Terminal Mallengkeri.


Berdiri di tengah kota,

dimana segala variasi sosial mewarnai kehidupan.

tak jarang remang malam melintang

di langit kelam dihiasi bintang-bintang


Kini;

Sukmaku terbangun dari mimpi:

di tengah hamparan manusia yang lapar;

yang berpindah teduh,

dalam mencari nafkah;

terisak raut di wajahnya

demi sesuap nasi untuk anak istri tercinta

Postingan Populer