Langsung ke konten utama

Unggulan

Belulang

Hingga waktunya, mata tak lagi melihat keindahanmu; telinga tak sanggup mendengar merdu tawamu; dan mulut tak lagi bisa mengungkapkan rasa, waktu seolah terhenti. Dan aku, lahir di sana sebagai tulang belulang yang satu persatu hancur ditelan impian. Biarlah aku terkubur bersama impi-impi itu Suara yang kian sayup satu persatu dan kusisakan sedikit senyum untukmu.

Merajut Asa di Tanah Asing | Menghadirkan Faisal Faizan (Zan)

Kutapaki kaki di kota ini

Penuh dengan hiruk-pikuk kehidupan;

Bisingnya suara roda yang berputar,

Serta manusia yang lalu-lalang, 

Merajut asa,

Di tanah asing.


Teringat sebuah wejangan dari Ina',

Yang selalu mengalir di setiap langkahku:

"Jagalah dirimu nak, jangan lupakan tujuanmu"

Pesannya, di pagi itu.


Mataku terbuka. berbagai petuah terbukti sudah

Terpontang-panting langkahku mencari makan di megahnya kota.

Kota yang mereka kata adalah surga, namun neraka yang kurasa!


Aku masih di sini, di tempat yang sama:

ketika kuucapkan pamit dan salam cintaku kepada Ina',

Melalui sebuah telepon umum yang tertancap di Terminal Mallengkeri.


Berdiri di tengah kota,

dimana segala variasi sosial mewarnai kehidupan.

tak jarang remang malam melintang

di langit kelam dihiasi bintang-bintang


Kini;

Sukmaku terbangun dari mimpi:

di tengah hamparan manusia yang lapar;

yang berpindah teduh,

dalam mencari nafkah;

terisak raut di wajahnya

demi sesuap nasi untuk anak istri tercinta

Postingan Populer