Langsung ke konten utama

Unggulan

Belulang

Hingga waktunya, mata tak lagi melihat keindahanmu; telinga tak sanggup mendengar merdu tawamu; dan mulut tak lagi bisa mengungkapkan rasa, waktu seolah terhenti. Dan aku, lahir di sana sebagai tulang belulang yang satu persatu hancur ditelan impian. Biarlah aku terkubur bersama impi-impi itu Suara yang kian sayup satu persatu dan kusisakan sedikit senyum untukmu.

Rintik Pilu

apa yang kau mengerti soal hujan, sayang?

sedap aroma tanah,

pun tak pernah kau cium.

hanya riuh gemercik air;

yang menggangu telingamu.


matamu berbinar melihat teja

di balik senyuman mentari kala senja

tapi,

apa yang kau mengerti soal teja, sayang?


bahkan teja tak sempat pamit;

kepada mentari,

yang 'kan berpulang ke balik bukit.


surya pulang ke surga;

katanya mati di balik teja,

sudah lelah memberi cahaya,

kelam bersinar ditemani candra.


riuh gemercik air di malam kelam,

wangi semerbak di tanah yang basah

barangkali dalam ilusi kau tak menduga.

tapi siapa bisa duga?

Postingan Populer