Langsung ke konten utama

Unggulan

Belulang

Hingga waktunya, mata tak lagi melihat keindahanmu; telinga tak sanggup mendengar merdu tawamu; dan mulut tak lagi bisa mengungkapkan rasa, waktu seolah terhenti. Dan aku, lahir di sana sebagai tulang belulang yang satu persatu hancur ditelan impian. Biarlah aku terkubur bersama impi-impi itu Suara yang kian sayup satu persatu dan kusisakan sedikit senyum untukmu.

Kepada Tulip yang Bermekaran di Seperempat Malam

Sungguh, hanya senyummu yang kumiliki di anganku. Kukira helai demi helai rambut harummu. Agar malam tahu, aku senantiasa terjaga di balik teduh alismu, sembari berpesan kepada bulan agar gelap tak cepat berlalu.


Kita kembali bermesra setelah berhari-hari hilang rasa. Sungguh besar rasa 'tuk kutakan: tak berkurang sedikitpun cinta di tanganku, dan kini yang ada di tanganku adalah tanganmu.


Mata yang berkaca-kaca itu 'tuk sesekali bercermin ke masa lalu, menatap ruang-ruang kecil di rumah sederhana yang kita bangun. Hingga tiba masanya kepada penyucian diri, aku mohon janganlah berpaling dari diri ini.


Sumbawa Besar, 26 Januari 2025

Untuk Pratiwi.

Postingan Populer